Tjiong Koen Siong adalah pengusaha Kupang paling terkenal sebelum Perang Dunia II. Ia memiliki gedung Bioskop, Pabrik es, pompa bensin, pembangkit listrik dan pabrik limun, dan layanan truk pos ke pedalaman.
Ia mendirikan sebuah perusahaan pembangkit listrik pada tahun 1937. Ia mendapat bayak pujian oleh karena itu. Pembangkit listrik ini bernama Elektrische centrale te Koepang atau Kantor Listrik Kupang yang kemudian biasa disebut EMTO. Keberadaan pembangkit listrik ini menjadi sangat berarti karena ketika itu bahkan belum ada pembangkit listrik di Bali. Pembangkit listrik ini menerangi kota Kupang selama beberapa jam di waktu malam berdasarkan kontrak dengan pemerintah.
Setelah ada pembangkit listrik, Tjion Koen Siong bisa mendirikan bioskop pertama di Kupang. Bioskop milik Koen Siong bergaya art deco diberi nama Sunlie. Bioskop ini berganti nama menjadi Royal, dan berganti nama lagi menjadi Raya sesudah kemerdekaan. Pemutaran film hanya dilakukan pada waktu ada film baru datang, yang dibawa oleh kapal laut, yang sangat jarang datang. Selain dipakai untuk pemutaran film, bioskop Sunlie sering dipakai untuk mengadakan pertunjukan dan acara dansa. Setiap beberapa bulan sebuah perkumpulan datang berkunjung dan tampil dihadapan begitu banyak penonton, salah satunya adalah perkumpulan opera lokal Opera Jong Timoer yang tampil pada bulan Juli 1934 dengan menampilkan komedi Arab Bibi Djalik yang dihadapan 200 orang penonton.
Selain sebagai tempat hiburan gedung bioskop tersebut juga acap kali digunakan sebagai tempat pertemuan politik. Selama kongres Timorsch Verbond 1932, Koen Seong memainkan peran yang cukup besar, dimana Ia menyediakan dua truk untuk mengangkut beberapa delegasi, sedangkan pertemuan diadakan di aula Chinese Society, aula Lok Sen Hoek dan bioskop Soen Lie. Pada akhir tahun 1930-an bioskop yang sama digunakan untuk pertemuan Perserikatan Kebangsaan Timor. Di bioskop ini pula, dalam sebuah pertemuan pada tanggal 3 Juli 1938 I.H. Doko pernah berpidato dan mengutarakan bahwa “hari esok adalah milik anak muda. Tugas utama yang pertama-tama bagi generasi muda adalah memupuk rasa percaya penduduk lokal kepada mereka.”
Pabrik es milik Koen Siong diberi nama Minerva terletak di samping gedung bioskop dan pembangkit listrik. Pabrik es itu menyediakan balok-balok es bagi para nelayan yang berlabuh di sekitaran pabrik itu untuk mengawetkan tangkapan ikan mereka. Ketika Tahun Baru Cina tiba, Koen Seong tidak segan-segan mengeluarkan uang dan mengadakan pertunjukkan-pertunjukan di pabrik esnya. Keberadaan Pabrik Es Minerva ini membuat Tjiong Koen Siong terus diberitakan oleh surat kabar lokal yang bahkan berpendapat bahwa ia harus mendapat medali dari ratu Belanda karena cuaca Kupang yang begitu panas. Pompa bensin miliknya melayani beberapa kendaraan bermotor di Kupang.
Sejumlah sumber menyebutkan bahwa Pabrik Es Minerva didesain oleh Bung Karno. Bahkan salah satu sumber internet mengutip artikel di Pos Kupang 5 Juni 2017 berjudul Bung Karno Rancang Gedung Pabrik Es Minerva. Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa hal ini disampaikan oleh Leopold Nicolas Nisnoni, BBA yang merupakan anak dari Alfons Nisnoni. “Itu beta (saya) tahu, beta dengar cerita dari pemiliknya (pabrik es, Red), Kong Seo. Dia (Kong Seo) bilang, bangunan itu dirancang oleh Bung Karno. Karena itu kita rasa bangga ada satu pabrik es yang gedungnya dirancang Bung karno,” demikian pernyataan Leopold yang ditulis oleh Pos Kupang. Informasi yang sama juga bisa ditemukan dalam beberapa artikel lain di internet.
Meskipun demikian, dalam wawancara Tim Arsip dengan cucu dari Tjiong Koen Siong, Muljadi Pineng Sulung, ia mengatakan bahwa gedung Pabrik Es Minerva tidak dirancang oleh Bung Karno. Gedung yang dirancang oleh Bung Karno adalah gedung Kantor Listrik Kupang atau EMTO. Gedung Kantor Listrik Kupang dirancang oleh Bung Karno ketika ia sedang ada dalam pembuangan di Ende. Menurut Muljadi, ketika itu kakeknya memiliki kenalan yang merupakan teman dari Bung Karno. Jadi ketika kakeknya hendak membangun gedung EMTO, ia meminta Bung Karno untuk menggambar. Gambar asli Bung Karno terbakar ketika terjadi kebakaran di rumah Tjiong Koen Siong.
Berkaitan dengan desain Pabrik Es Minerva, Muljadi mengatakan bahwa dia tidak memiliki catatan sejarah atau informasi mengenai siapa yang mendesainnya. Tetapi menurutnya, desain gedung pabrik es sederhana sekali yaitu berupa kotak. Gedung ini lebih berfokus pada fungsinya sebagai sebuah pabrik es dan tampilan depannya merupakan tampilan umum gedung-gedung pada zaman itu. Dalam hal produksi, pabrik es ini mengalami dua periode. Di awal berdirinya mereka menggunakan mesin diesel. Pada tahun 1980-an dilakukan perombakan besar untuk mengganti mesin dengan sistem yang lebih baru. Saat itu kapasitasnya mencapai 100-160an balok es per hari. Satu set bisa mencapai 20 kilogram. Keberadaan Pabrik Es Minerva sangat menolong para nelayan untuk memenuhi kebutuhan mereka agar bisa menyimpan hasil tangkapan lebih banyak dan lebih lama. Sejak tahun 2000 usaha pabrik es ini tidak lagi dilanjutkan. Ini dikarenakan pendaratan nelayan yang tidak lagi di Kampung Solor tapi sudah berpindah ke beberapa pantai lain yang juga memiliki pabrik es.
——– ————
Ifana Tungga & James Mage – Tim Pengarsipan Merekam Kota
Referensi:
van Klinken, Gerry. 2015. The Making of Middle Indonesia Kelas Menengah di Kota Kupang, 1930an-1980an. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sulung, Muljadi Pineng. Wawancara. Kupang, 22 Agustus 2020.
http://www.dionbata.com/2017/06/bung-karno-rancang-gedung-pabrik-es.html diakses pada 6 Oktober 2020 pukul 12.20 WITA.