Penulis: Ifana Tungga (Manager Program MEREKAM KOTA)
Pada 19 Desember 1961 Pemerintah Kabupaten Kupang meresmikan salah satu perusahaan daerah miliknya, Percetakan Cendana, yang gedungnya masih berdiri hingga saat ini di Jl. Percetakan Cendana, Fontein, Kota Raja.
Percetakan Cendana didirikan dan diresmikan pada masa pemerintahan Bupati Kabupaten Kupang, W. C. H. Oematan. Secara politis, pada masa itu Kabupaten Kupang merupakan wilayah Tingkat II.
Setelah berdiri, posisi Kepala Percetakan Cendana pertama dijabat oleh Sira Ranamuel. Secara berturut-turut, posisi itu kemudian dijabat oleh Saul Therik, Alex Foeh, dan Kita Adu. Pada tahun 1967, Leopold Nicolaas Nisnoni menjabat Kepala Percetakan Cendana. Ia memimpin selama dua puluh dua tahun, yaitu hingga tahun 1989. Sebelum menjabat sebagai Kepala Percetakan Cendana, Leo adalah Kepala Unit Bus dan Pengangkutan, yang juga merupakan salah satu perusahaan daerah milik Kabupaten Kupang. Selama menjabat sebagai Kepala Percetakan Cendana, Leopold Nisnoni tinggal bersama istri dan kelima anaknya di rumah jabatan yang terletak di belakang Kantor Percetakan.
Sebagai sebuah perusahaan daerah, Percetakan Cendana didirikan dengan beberapa tujuan. (1) Melakukan pencetakan berbagai kebutuhan administratif Pemerintah Kabupaten Kupang, (2) keuntungan yang dihasilkan dimasukkan ke dalam kas milik daerah, (3) melayani kebutuhan masyarakat seperti cetak undangan.
Mesin cetak pertama yang digunakan oleh Percetakan Cendana didatangkan langsung dari Heidelberg, Jerman. Mesin berikutnya yang lebih modern didatangkan dari Inggris.
Agar kerja Percetakan Cendana bisa berjalan dengan lancar, beberapa tugas yang dikerjakan kantor tersebut adalah administrasi, pengarsipan, susun letter, menggambar, dan motor listrik. Pada masa itu, listrik belum ada sehingga Percetakan Cendana menggunakan motor listrik untuk beroperasi.
Menurut penuturan Leopold Nisnoni, alasan pemilihan tanggal 19 Desember 1961 sebagai tanggal diresmikannya Percetakan Cendana adalah agar bertepatan dengan diumumkannya pelaksanaan operasi Trikora oleh Presiden Soekarno di Alun-alun Utara Yogyakarta. Operasi Trikora merupakan sebuah operasi militer yang dilancarkan untuk melawan pendudukan Belanda di Irian Barat (Papua). Operasi yang dimulai pada bulan Desember 1961 ini berakhir pada Agustus 1962 dengan pendudukan militer Indonesia terhadap Irian Barat.
Selain mencetak kebutuhan administrasi pemerintahan dan melayani kebutuhan masyarakat, Percetakan Cendana juga melayani kebutuhan militer Indonesia yang mulai tahun 1975 melakukan Operasi Seroja untuk invasi Indonesia ke Timor Timur. Pamflet-pamflet propaganda politis seperti, “MARI BERGABUNG DENGAN INDONESIA,” dicetak oleh Percetakan Cendana untuk disebarkan di Timor Timur. Nisnoni menjelaskan bahwa ada sepuluh macam pamflet yang dicetak Percetakan Cendana untuk Operasi Seroja. Semua pamflet ini dicetak secara rahasia dan dibiayai oleh militer Indonesia. Mereka juga mencetak peta untuk dibagikan kepada para anggota pasukan yang berada di lapangan.
Percetakan Cendana juga mencetak kartu ucapan Selamat Natal, Selamat Tahun Baru, Selamat Idul Fitri dan berbagai ucapan lainnya untuk diberikan kepada para anggota pasukan yang melakukan invasi di Timor Timur.
Tahun 2004 atau 2005, Percetakan Cendana dan beberapa perusahaan daerah lainnya dibubarkan karena tidak lagi efisien dan tidak mampu bersaing lagi dengan perusahan-perusahaan sejenis yang bermunculan.***
Sumber:
Wawancara Leopold Nisnoni 29 September 2022