Agustina Elisabeth Radja Haba-Nalley lahir di SoE, 15 Maret 1929 sebagai anak bungsu dari delapan bersaudara dari pasangan Yohanes Nalley dan Welmince Nalley-Maakh. Meskipun lahir di SoE, dia menghabiskan masa kecilnya bersama saudara-saudarinya di Fatufeto, Kupang.
Betty menjalani pendidikan dasar di Herstel Lagere School (setingkat Sekolah Dasar) di Kupang. Setelah menamatkan pendidikan dasar, Betty bekerja di Palang Merah Indonesia.
Betty kemudian terpilih untuk melanjutkan pendidikan pada Sekolah Pendeta Makassar di SoE, Timor, pada 1948. Namun karena pada saat itu Betty hanya memiliki ijazah SD maka dia melanjutkan pendidikan terlebih dahulu ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), atau setingkat SLTP). Pendidikan di MULO ia selesaikan dalam waktu dua tahun.
Sekolah Pendeta di SoE ini bermula pada sebuah Konferensi Konferensi Pekabaran Injil di Malino, Sulawesi Tengah pada tahun 1947 yang memutuskan untuk mendirikan sebuah sekolah teologi di Indonesia Timur yaitu di Makassar pada tahun 1948. Namun karena Makassar belum siap, maka sekolah tersebut didirikan di SoE, Timor, pada 1948. Sekolah Pendeta Makassar ini kemudian menjadi STT INTIM Makassar saat ini. Kelas pertama Sekolah Pendeta SoE dibuka pada 18 September 1948.
Di Timor, Ketua Sinode GMIT pertama, Ds. E. Durkstra memotivasi para perempuan untuk masuk ke sekolah teologi. Sejumlah nama diusulkan oleh pihak gereja. Pdt. J. Arnoldus, pendeta di Jemaat Kota Kupang, mengusulkan beberapa nama, termasuk beberapa nama perempuan, untuk didaftarkan mengikuti pendidikan teologi. Betty terpilih sebagai perempuan pertama dari GMIT untuk mengenyam pendidikan teologi.
Betty melanjutkan pendidikannya di Sekolah Pendeta SoE pada 1 September 1949. Ia adalah satu-satunya perempuan. Dia juga tidak mendapatkan beasiswa. Tahun 1952 sekolah teologi tingkat akhir dipindahkan dari SoE ke Makassar. Bettypun berpindah ke Makassar untuk melanjutkan pendidikannya di sana.
Pada tahun itu pula ia diwisuda di Makassar sebagai seorang perempuan pertama yang berpendidikan teologi di Indonesia Timur. Setelah menamatkan pendidikan ia pulang ke Kupang dan pada 4 Juni 1953 Betty ditahbiskan menjadi pendeta GMIT. Ia ditahbiskan di Jemaat Kota Kupang bersama dengan dua orang teman laki-laki yaitu Pdt. Dj. Bangngu dan Pdt. B. Luase. Pdt. Betty ditugaskan untuk melayani di Jemaat Kota Kupang bersama Pdt. Molina. Setelah melayani di Jemaat Kota Kupang selama lima tahun, Pdt. Betty kemudian menikah dengan Pdt. Leonidas Radja Haba yang saat itu menjabat sebagi Sekretaris Majelis Sinode GMIT.
Pdt. Betty, sebagai seorang pendeta perempuan pertama di GMIT, melakukan banyak karya pelayanan untuk pemberdayaan perempuan. Tahun 1960 ketika suaminya terpilih sebagai Ketua Sinode GMIT, ia memilih untuk tidak lagi ditempatkan di jemaat dan melayani di bidang diakonia sesuai kebutuhan GMIT. Tahun 1964 Pdt. Betty, bersama Wahana Visi Indonesia, menggagas pendirian dua panti asuhan GMIT yaitu di Oeba dan di Kota Kupang. Selain itu, ia juga menggagas pendirian organisasi perempuanan GMIT yang disebut Wanita GMIT pada 25 Oktober 1968. Ia menjabat sebagai Sekretaris Wanita GMIT.
Pdt. Betty juga terus mendukung perempuan-perempuan lain untuk melanjutkan pendidikan di bidang teologi. Ia menyarankan kepada Gita Noelik untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. Akhirnya Gitapun mengikuti jejaknya. Gita diterima di STT Jakarta sebagai perempuan pertama dari GMIT yang mengenyam pendidikan di sekolah Teologia tertua di Indonesia itu. Gita adalah salah satu diantara empat orang perempuan yang diterima di Angkatan kesepuluh. Gita kemudian menjadi perempuan GMIT pertama yang meraih gelar Sarjana Teologi. Ia ditahbiskan menjadi pendeta di Jemaat Kota Kupang pada tanggal 29 November 1959.
——– ————
Ifana Tungga – Tim Pengarsipan Merekam Kota
Referensi:
Kolimon, Mery, dkk (Peny.). 2015. Perempuan-perempuan di Garis Terdepan: Kisah Pendeta dan Pekerja Pertama di GMIT dan GKS. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Benu-Radja Haba, Jimmy. Diwawancarai Tim Arsip. Rekaman Audio. Oesapa, 18 April 2020.