Migelina Antonetha Markus adalah salah satu generasi pertama penyiar Radio Republik Indonesia (RRI) Kupang. Perempuan kelahiran Pisan, Timor Tengah Selatan (TTS), 27 Maret 1935 ini merupakan putri pertama dari pasangan Michael Markus dan Loisa Nenobais.
Wanita yang kerap disapa Net Markus ini memulai pendidikannya di Sekolah Rakyat (SR) di Desa Pisan pada tahun 1941. Pendidikannya sempat terhenti akibat kedatangan Jepang di Timor pada tahun 1942. Saat itu ia masih duduk di bangku kelas 2 SR. Bersama teman-temannya, ia kemudian kembali lagi bersekolah di bangku kelas 3 SR pada tahun 1945 setelah Jepang angkat kaki dari Pulau Timor. Usai memperoleh ijazah dari Sekolah Rakyat, Net Markus melanjutkan pendidikannya di Vervolk School di Kupang pada tahun 1947 dan lulus pada tahun 1950. Sekolah Kepandaian Putri (SKP) menjadi tujuan selanjutnya bagi dirinya dalam menempuh pendidikan. Di tahun 1953, Net Markus tamat dari sekolah yang berlokasi di Simpang Komdak ini (sekarang Polda NTT). Asanya untuk terus mengenyam pendidikan membawanya menempuh pendidikan hingga ke Surabaya, tepatnya di Sekolah Guru Taman Kanak-kanak (SGTK), di mana Ilmu Jiwa Anak menjadi minat studinya. Ia menyelesaikan pendidikannya di sana pada tahun 1958.
Mengawali Karier Sebagai Penyiar Radio
Tanpa perlu berlama-lama, setelah lulus Net Markus kembali ke Kupang di awal bulan Februari tahun 1958. Michael Markus, ayahnya, yang pada saat itu menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sempat memintanya untuk bekerja sebagai guru di So’e. Namun permintaan sang ayah yang saat itu merupakan pejabat yang mengepalai bidang pendidikan dan kesehatan tersebut ditolaknya. Net Markus lebih memilih melamar di RRI cabang Kupang yang pada tahun yang sama baru berdiri dan sedang melakukan perekrutan pegawai baru.
Radio milik pemerintah yang masih berusia sangat muda itu cukup banyak diminati oleh para pelamar di Nusa Tenggara Timur (NTT). Lebih dari 1000 orang yang berasal dari berbagai kabupaten di NTT mencoba peruntungannya di sini. Persaingannya cukup ketat. Pasalnya, 1 posisi lowongan pekerjaan yang tersedia di RRI, diperebutkan oleh 55 pelamar.
Anak ke 3 dari 6 bersaudara ini cukup beruntung karena menjadi salah satu pelamar yang berhasil diterima sebagai pegawai RRI cabang Kupang. Net Markus bersama 17 orang lainnya menjadi generasi pertama pegawai RRI Kupang yang di tahun itu hanya terdiri dari 5 pegawai perempuan dan 13 pegawai laki-laki.
Menurut penuturan Net Markus, di masa-masa awal berdirinya RRI Kupang, stasiun radio milik pemerintah ini memiliki beberapa bagian/divisi, yaitu administrasi penyiaran, peliputan berita, penyiaran, diskotik (penyiapan lagu dan acara), dan operator. Amiruddin Citra Prawira yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala RRI Kupang, menempatkan Net Markus ke dalam bagian penyiaran. Sejak saat itulah, Net Markus menjadi penyiar radio RRI Kupang bersama empat orang lainnya, yaitu Bertha Therik, Mien Sereh, Tin Lopulalang dan Yan Francis.
Siaran, Peliputan, dan Kisah Pohon Beringin
Siaran pertama RRI Kupang dilakukan pada tanggal 5 Februari 1958 di mana siaran ini merupakan siaran percobaan dan berlangsung hanya dua jam, mulai dari jam 5 sore sampai jam 7 malam. Dua jam siaran tersebut diisi dengan pemutaran musik seperti musik keroncong, lagu-lagu daerah dan siaran hidup/siaran langsung yakni siaran bagi yang ingin bermain orkes atau bernyanyi dan disiarkan secara langsung dari studio RRI Kupang.
Pada tanggal 5 Mei 1958, siaran percobaan berakhir. Tanggal ini sekaligus menandakan resminya RRI Kupang berdiri yang pada saat itu diresmikan oleh Menteri Penerangan, Soedibjo. Net Markus mengisahkan bahwa saat siaran resmi telah berjalan, para penyiar melakukan siaran dari jam 5 pagi hingga jam 12 malam. Siaran diisi dengan siaran berita, baik itu berita pembangunan daerah, berita olahraga, berita rely dari Jakarta, serta berita duka. Selain itu siaran juga berisi siaran hidup dan pemutaran musik di mana lagu-lagu diputar dengan menggunakan kaset dan piringan hitam. Ia juga mengatakan bahwa setiap penyiar yang telah melakukan satu shift penyiaran akan mendapat libur dan kembali bertugas 3 hari kemudian.
Net Markus juga menceritakan saat sedang tidak menjalankan kewajibannya sebagai penyiar, ia bertugas melakukan peliputan berita di kantor-kantor serta mewawancarai para pejabat. Satu momen tak terlupakan baginya adalah saat di mana ia mendapat kesempatan untuk mewawancarai Gubernur NTT W.J. Lalamentik terkait pembangunan di NTT yang sedang giat-giatnya dicanangkan. Pada saat itu peliputan berita yang dilakukannya belum menggunakan perekam suara dan masih memakai cara konvensional yaitu dengan mencatat atau teknik stenografi. Kiprahnya yang cukup baik membawanya dipercaya oleh Kepala RRI Kupang sebagai tim rekrutmen pegawai baru pada tahun 1960-1961. Tidak hanya sampai disitu, berkat kinerja yang baik, ia malahan sempat ditawari oleh RRI Pusat untuk melanjutkan sekolah penyiaran tetapi ia memlih untuk tidak menerima tawaran tersebut dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan saat itu.
Karier Net Markus sebagai pegawai RRI tidak berlangsung lama. Pada 01 Juli 1964 ia mengundurkan diri. Perempuan yang gemar membaca buku ini hanya bekerja selama enam tahun di RRI Kupang. Mengenang perjalanannya semasa menjadi penyiar radio di RRI Kupang, Net Markus yang saat ini berusia 86 tahun teringat beberapa hal unik saat masih menjadi penyiar. Salah satunya yang terdapat di dalam surat keputusan pemberhentian dirinya yang dikeluarkan oleh RRI Pusat pada saat itu yang berisi keterangan “Sewaktu-waktu dapat dipanggil Kembali.” Hal lain yang masih terus dikenangnya yaitu kisah saat ia menawarkan diri kepada Kepala RRI Kupang untuk menanam pohon beringin di kedalaman 2 meter. Pohon tersebut ditanamnya pada 17 Agustus 1959 bertepatan dengan peringatan ulang tahun yang ke 14 Republik Indonesia. Sampai sekarang pohon tersebut masih berdiri kokoh dan masih bisa kita lihat di depan kantor RRI Kupang di Jalan Tompello, Kelurahan Fontein, Kota Kupang. (**)
Penulis: James Imanuel Mage, Tim Pengarsipan Merekam Kota
Sumber: Wawancara dengan Net Markus pada tanggal 19 Desember 2020.