Penulis: Egha Mbua
Bicara mengenai hiburan di era sekarang, yang terlintas dalam pemikiran kita biasanya tempat-tempat yang ramai dikunjungi seperti mall, cafe, bioskop, tempat konser, Timezone dan beberapa tempat hiburan lainnya. Masyarakat Kota Kupang rupanya telah mempunyai cara unik untuk bersenang-senang dan telah menikmati beragam bentuk hiburan di masa lalu. Hiburan-hiburan di masa lalu juga mempunyai target pasar yang berbeda, dilihat dari kelas ekonomi penikmatnya. Bisa dikatakan bahwa hiburan terdiri dari kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah. Masing-masing kelas masyarakat mempunyai cara berbeda untuk memenuhi kebutuhan hiburan mereka. Mari kita lihat lebih dalam bagaimana setiap kelas merayakan hidup bersama dunia hiburan Kupang di masa lalu!
Pah Bros, Band Keluarga di Kupang
Pah Bros adalah sebuah band lokal yang terbentuk di tahun 1970-an awal oleh sebuah keluarga yang berdomisili di Kelurahan Fontein. Terbentuknya Pah Bros’ sendiri berawal dari gencarnya kegiatan pramuka di tahun 1970-an awal. Di tahun itu, kelurahan Fontein mempunyai kelompok pramuka yang terbilang sangat bagus. Keluarga Pah yang juga berdomisili di Fontein pun berinisiatif untuk menjadikan alat bekas dari pramuka dan alat drumband sebagai alat musik. Pada tahun 1973, keluarga Pah membentuk sebuah band yang bernama “Pah Bros.”
Personil Pah Bros’ atau Pah Brother terdiri dari Pah bersaudara, diantaranya Erik Pah, Welly Pah, dan Oni Pah. Keluarga Pah ini bisa dikatakan sebagai keluarga pemusik. Kecintaan akan musik mereka diturunkan dari sang ayah, Edu Pah yang merupakan seorang pemain alat musik sasando dan juga sekaligus pencetus sasando listrik yang terkenal pada masanya. Salah satu personil Pah Bros, Welly Pah sering bergabung dalam kelas band di SMPN 2 Kupang. Di bangku SMP, Welly Pah pernah bermain bersama dengan salah satu band senior Leksanada. Lagu Bae Sonde Bae yang sudah pasti tidak asing lagi di telinga masyarakat Kupang diaransemen oleh Welly Pah. Welly Pah juga menciptakan lagu daerah berbahasa sabu yang berjudul ‘Ama Jaku.’ Untuk rekaman lagu, biasanya para musisi melakukannya di studio rekaman yang lokasinya berada di lantai dua Toko Karang Jaya.

Pah Bros’ merupakan salah satu band yang cukup populer di Kota Kupang pada masanya. Pah Bros seringkali tampil di pameran pembangunan, Kupang Teater, kampanye pemilu, acara pernikahan dan beberapa tempat lainnya di luar Kupang. Di Kupang Teater, Pah Bros’ sering mengiring penyanyi top dari luar seperti Maya Rumantir, Dian Piesesha, Swari Arizona, dan Harvey Malaiholo. Penonton yang hadir di Kupang Teater biasanya berasal dari kalangan atas seperti pegawai, pejabat, dan turis. Pada setiap penampilannya Pah Bros’ selalu menggunakan alat sendiri, mulai dari alat musik, mixer, hingga speaker. Mereka pun memiliki fasilitas mobil untuk membawa peralatan di tiap tour. Masa jaya Pah Bros’ ialah di pertengahan tahun 1970-an sampai tahun 1990-an. Alasan Pah Bros’ bubar dikarenakan para personil band mulai sibuk dengan pekerjaan mereka. Salah satu personilnya memilih untuk merantau ke Bali dan melanjutkan karirnya di Bali sebagai musisi.
Presiden Teater
Presiden Teater ialah salah satu tempat hiburan dengan pengunjung yang biasanya berasal dari kelas ekonomi menengah ke atas. Presiden Teater merupakan salah satu nama dari tiga bioskop pertama di Kota Kupang yang cukup terkenal di tahun 1980-an sampai 1990-an. Presiden Teater hadir dan menjadi satu-satunya bioskop di Kota Kupang setelah dua bioskop sebelumnya yakni Bioskop Raya dan Kupang Teater tutup. Warga Kota Kupang, khususnya Kuanino mungkin sudah tidak asing lagi dengan gedung tua berlantai tiga yang lokasinya berhadapan langsung dengan Toko Buku Suci, gedung yang dibiarkan terbengkalai begitu saja hingga saat ini. Gedung tersebut tak lain tak bukan ialah bekas gedung Presiden Teater.
Ang Hauw Lang yang lebih akrab disapa Ence, merupakan pemilik Presiden Teater. Sebelum menjadi Presiden Teater, Ang Hauw Lang membuka sebuah toko yang menjual rokok kretek, Toko Pintu Merah. Ang Hauw Lang lalu mewariskan Presiden Teater ke Rony Kimiady selaku anaknya. Rony Kimiady juga merupakan pemilik Pabrik Minyak Cendana yang berlokasi di Batuplat, Kecamatan Alak. Menurut Stevanus Ndoen, Presiden Teater diresmikan oleh Guntur Soekarnoputra, anak dari Presiden Soekarno. Kabarnya juga Ang Hauw Lang turut membantu Presiden Soekarno dalam melakukan penyelundupan surat rahasia dari Ende ke Jakarta pada saat pengasingan Soekarno di Ende kala itu. Surat-surat rahasia diselundupi dan disembunyikan di dalam rantang makanan. Ang Hauw Lang juga merupakan seorang pengusaha impor-ekspor buah-buahan, sehingga beberapa surat lainnya juga sering diselundupkan melalui pengiriman buah-buahan tersebut. Hal ini membuat Ang Hauw Lang dianggap sebagai ayah angkat dari Soekarno. Karena hubungan Ang Hauw Lang dan Presiden Soekarno yang terbilang dekat, Ang Hauw Lang pun membangun sebuah toko serta bioskop dan menamainya “Presiden Teater.”
Presiden Teater aktif di sekitar tahun 1984 sampai tahun 1990-an. Bioskop Presiden Teater terletak di lantai tiga gedung. Lantai duanya adalah Presiden Supermarket, sebuah swalayan yang terbilang paling ramai di tahun 1990-an, sedangkan lantai satu adalah sebuah toko yang menjual pakaian-pakaian. Terdapat dua kali pemutaran film di Presiden Teater, yaitu di pukul 17.00 dan 19.00. Sedangkan Presiden Supermarket dan toko pakaian mulai buka di pukul 08.00 pagi, istirahat di pukul 12.00 siang, dan pukul 15.00 kembali dibuka sampai dengan pukul 20.00. Hari sabtu merupakan hari khusus untuk para TNI yang menonton film di bioskop. Loket pembelian tiket film berada di lantai satu, dekat dengan tangga menuju lantai atas. Di tahun 1990-an harga tiket masuk Presiden Teater terbilang beragam. Harga tiket untuk penonton VIP kisaran Rp5.000/orang sedangkan untuk penonton kelas I kisaran Rp1.500 hingga Rp2.500/orang. Tiket masuk Presiden Teater rupanya tidak diurus langsung oleh Presiden Teater, melainkan oleh Pemerintah Daerah. Pegawai Presiden Teater hanya bertugas untuk memberikan stempel pada tiket tersebut sebelum diberikan kepada penonton. Model tiket film mirip seperti karcis parkir. Pegawai Presiden Teater biasanya memiliki hak istimewa dengan mendapat tiket gratis untuk menonton.
Film-film yang diputar di Presiden Teater biasanya film dengan genre aksi yang sudah melalui proses sensor seperti tinju, kungfu, dan sejenisnya. Film berbahasa asing pun sudah tersedia dengan terjemahannya, tapi dengan menggunakan bahasa gaul seperti ‘lo-gue’ sehingga terkesan lebih santai dan informal. Film yang diputar di Presiden Teater dibawa langsung oleh utusan lembaga perfilman dari Surabaya. Setelah pemutaran di Presiden Teater, roll film yang sama dibawa untuk pemutaran selanjutnya di daerah Timtim lalu dibawa lagi untuk pemutaran selanjutnya di Ruteng. Setelah selesai pemutaran di daerah NTT, roll film akan dibawa kembali ke Surabaya. Dikarenakan media promosi di kala itu belum seperti sekarang, film biasanya dipromosikan dengan cara ‘calling’. Calling film biasanya dilakukan dengan mengelilingi Kota Kupang dengan rute Oeba-Kuanino-Bakunase-Airmata menggunakan mobil jeep dengan narasi yang bagus sehingga warga Kota Kupang pun tertarik untuk menonton film tersebut. ‘Calling’ promosi film biasanya dimulai kisaran pukul 15.00. Selain calling, pemajangan poster film pada mobil jeep calling serta pada tembok gedung Presiden Teater juga dilakukan sebagai salah satu bentuk promosi.

Hadirnya toko pakaian, Presiden Supermarket, dan bioskop Presiden Teater ini membawa dampak positif bagi masyarakat Kota Kupang. Salah satu dampak positifnya ialah berjalannya perekonomian di Kota Kupang karena swalayan dan bioskop Presiden Teater ini menjadi salah satu pusat perbelanjaan yang ramai dan besar di Kota Kupang saat itu. Dampak lainnya adalah adanya tempat untuk menonton film bagi masyarakat yang gemar menonton film, yang di mana sempat hilang setelah Bioskop Raya dan Kupang Teater tutup.
Presiden Teater mulai tidak beraktifitas lagi di kisaran tahun 1990-an. Menurut Yes Bunga, alasan tidak aktifnya Presiden Teater dikarenakan meningkatnya popularitas televisi sehingga minat penonton mulai sepi untuk mendatangi bioskop. Alasan lainnya juga kemungkinan karena adanya kebangkrutan serta pengelolaan yang tidak berjalan dengan baik oleh pemiliknya. Presiden Teater pun akhirnya tutup, didahului oleh tutupnya pabrik Minyak Cendana. Dampak dari tutupnya Presiden Teater, Presiden Supermarket, dan Toko Permata ini ialah warung-warung kecil di sekitar Presiden Teater mendapatkan pelanggan baru yang sebelumnya berbelanja di Presiden Supermarket. Penjual di warung kecil ini kebanyakan adalah orang-orang yang bersuku bugis.

Gedung Pemuda, Ruang Aktualisasi Muda Mudi Kupang
Kota Kupang memiliki beberapa Gedung Olahraga seperti Stadion Merdeka di Merdeka, Gedung Pemuda di Kuanino, dan GOR di Oepoi. Di Kecamatan Kota Raja, Gedung Pemuda merupakan ruang yang cukup mudah diakses oleh masyarakat Kota Kupang, khususnya masyarakat yang berdomisili di Kuanino. Gedung ini dibuat pada tahun 1972 oleh Pemerintah Provinsi dan terletak di Jalan Pemuda, dekat dengan Pasar Kuanino. Menurut Mama Nona Mesakh, penjaga Gedung Pemuda, sebelum GOR Oepoi menjadi pusat kegiatan olahraga di Kupang, Gedung Pemuda merupakan sebuah tempat yang sering digunakan untuk hiburan dan olahraga. Gedung Pemuda ramai dikunjungi masyarakat Kota Kupang untuk menikmati pertandingan olahraga seperti tinju, badminton, serta taekwondo. Untuk harga karcisnya sendiri sering berubah-ubah. Di tahun 1970-an, harga karcis masuknya untuk anak-anak Rp50/orang dan untuk orang dewasa kisaran Rp100/orang dengan perbandingan harga bemo jauh-dekat masih di harga Rp100/orang dan beras di harga Rp200 – Rp250 per kilogram. Di tahun 2000-an, harga karcis masuk menjadi Rp15.000/orang. Gedung Pemuda tidak digunakan lagi akibat badai seroja tahun 2021. Masyarakat lebih sering memakai GOR Oepoi sebagai tempat diadakan pertandingan olahraga. Gedung Pemuda lebih sering dijadikan tempat bermain badminton. Karena kondisi atap yang cukup tidak aman, minat masyarakat untuk menggunakan gedung ini pun makin berkurang. Menurut informasi dari Mama Nona Mesakh, Gedung Pemuda ini dalam perencanaannya akan direnovasi menjadi sebuah sekolah.
THR (Taman Hiburan Rakyat)
THR merupakan salah satu ruang berkumpul yang bisa dinikmati dari tiap kalangan yang biasanya diadakan dalam rangka menyongsong HUT RI. THR menampilkan beberapa pajangan, tenunan, dan karya-karya dari tiap-tiap stan. Ada juga perlombaan panjat pinang, menari, dan menyanyi dengan jangka waktu kurang lebih satu minggu. Lokasi THR sendiri rupanya tidak menetap di satu tempat. Pada mulanya THR dibuka di Kota Lama, lalu beralih ke jalan Palapa, Naikoten, Pasir Panjang (sekarang Alun-alun kota Kupang), hingga Fatululi. Menurut Yanes Daulima, THR di kecamatan Kota Raja sendiri pernah diadakan hanya sekali di Naikoten, di lapangan Polda yang dulunya disebut KOMDAK pada tahun 1972. THR di lapangan Polda diisi dengan beberapa spot seru seperti roda gila (seperti sirkus, motor yang melaju di atas drum), lempar bulu ayam dan segala permainan lainnya. Meskipun THR terbilang merupakan tempat hiburan yang bisa diakses oleh setiap kalangan baik dari kelas bawah hingga kelas atas, pasalnya tidak semua masyarakat mampu menikmati permainan dan spot yang ada di THR dan memilih untuk menyimak saja tanpa ikut bermain secara langsung. Beberapa permainan dan spot di THR masih membutuhkan biaya untuk menikmatinya.
Welly Pah, salah satu anggota Pah Bros’, sangat menyayangkan akan hilangnya THR. Welly sangat berharap kembalinya hadir THR di Kupang karena ia melihat bahwa tidak adanya tempat hiburan di Kupang yang ramai dan mudah diakses oleh setiap kalangan seperti THR di masa sekarang. “Terakhir THR diadakan di Fatululi, habis itu sudah tidak ada lagi. Arena yang digunakan untuk pameran sudah dijadikan RS Siloam sekarang. Kupang sekarang sudah tidak ada lagi arena yang bisa dijadikan tempat hiburan seperti THR,” demikian penuturan dan harapan dari Welly Pah.
Minimnya Hiburan di tahun 1970 sampai 1980-an
Nampaknya tidak semua masyarakat bisa mengakses hiburan di tahun 1970 sampai 1980-an. Pada tahun itu, Indonesia lebih terfokus pada pembangunan sehingga mengakibatkan kesulitan ekonomi. Minimnya hiburan dikarenakan ekonomi yang tidak stabil menjadikan hiburan sulit dinikmati oleh semua kalangan di tahun itu. Alih-alih memenuhi kebutuhan hiburan dan berfoya-foya masyarakat di tahun itu masih sibuk bekerja untuk bertahan hidup. Tak jarang masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke bawah tidak mengetahui hiburan kelas atas. Sedangkan masyarakat dengan kelas ekonomi atas biasanya lebih mudah mengakses dan mengetahui semua hiburan. Ini pun membuktikan bahwa ekonomi masyarakat sangat berpengaruh dalam perkembangan dunia hiburan suatu kota.
Linimasa Hiburan di Masa Depan
Hiburan di era 1970-an hingga 1990-an bisa dikatakan cukup beragam dan tergolong modern. Ini membuktikan bahwa masyarakat Kota Kupang ternyata mampu menciptakan ekosistem hiburan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Bioskop yang sempat redup di tahun 1990-an kini hadir kembali dengan adanya XXI dan Cinemaxx yang kini beralih ke Cinepolis. Anggapan dan stigma masyarakat Kota Kupang bahwa Cinemaxx merupakan bioskop pertama di Kota Kupang ternyata tidak sepenuhnya benar. Bukan “akhirnya sudah punya” tetapi “akhirnya kembali hadir.” Begitu pula dengan band, gedung olahraga, serta tempat hangout. Musisi sudah menguasai Kota Kupang di tahun 1970-an hingga 1990-an. Selain Stadion Merdeka, Gedung Pemuda juga ramai dikunjungi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan olahraga. THR juga sudah menjadi tempat hangout masyarakat Kota Kupang yang tak kalah ramai dan serunya seperti era sekarang.
Di masa lalu maupun sekarang, kelas ekonomi masyarakat sangat mempengaruhi pengalaman hiburan yang dinikmati. Masyarakat kelas menengah ke atas cenderung lebih diuntungkan karena mampu menikmati hiburan yang lebih beragam dan bervariasi. Sebaliknya, masyarakat dengan kelas ekonomi bawah lebih mengandalkan hiburan lokal yang murah dan sederhana seperti acara tradisional. Meskipun demikian, masyarakat tetap mempunyai cara unik untuk merayakan sehingga menciptakan pengalaman yang berbeda. Seiring dengan perkembangan zaman, hiburan di masa depan mungkin akan jauh lebih bervariasi dan lebih kreatif. Hiburan adalah milik bersama. Bukan hanya tentang tontonan, tetapi juga tentang siapa yang terlibat.
Sumber:
Wawancara Stevanus Ndoen. Nunleu, 25 Maret 2024
Wawancara Yehezkiel Bunga. Kuanino, 11 April 2024
Wawancara Yanes Daulima. Fontein, 20 April 2024
Wawancara Nona Mesakh. Jalan Pemuda, 30 Mei 2024
Wawancara Welly Pah. Fontein, 17 Juni 2024
Wawancara Sis Wahyudi. Oesao, 4 September 2024